Coba cari fakta tentang fenomena pendidikan di sekolah yang ada di Indonesia yang tidak terlepas dari hal keluarga dan lingkungan melalui jurnal2 di internet minimal 3 fenomena, kemudian bahas dengan minimal 1 teori psikologi pendidikan, 1 teori psikologi keluarga dan 1 teori bimbingan sekolah
Fenomena pertama tentang sistem pendidikan. Sistem pendidikan yang ada di Indonesia bersifat mencetak" manusia penurut", buktinya:
1. Adanya Penyeragaman
2. Mau "muncul" tetapi dikekang oleh adanya Kurikulum
3. Mau "lari" tetapi dikekang oleh adanya penjadwalan yang ketat
4. Model belajar "menghafal" dan "mengulang"
2. Mau "muncul" tetapi dikekang oleh adanya Kurikulum
3. Mau "lari" tetapi dikekang oleh adanya penjadwalan yang ketat
4. Model belajar "menghafal" dan "mengulang"
Karena sistem pendidikan ini, dampak yang akan terjadi terhadap murid adalah:
1. Hilangnya kemampuan kognitif dari anak
2. Kreativitas siswa berkurang
3. Talenta siswa banyak yang tidak diketahui (selain belajar)
1. Hilangnya kemampuan kognitif dari anak
2. Kreativitas siswa berkurang
3. Talenta siswa banyak yang tidak diketahui (selain belajar)
Manusia penurut ini maksudnya sistem pembelajaran di sekolah menjadi hanya bergantung pada kurikulum saja, sedangkan seharusnya lebih bisa berkembang lagi pemikirannya tidak harus mengikuti kurikulum walaupun kurikulum sangat penting sebagai batasan atau standardisasi dalam sistem pendidikan.
William James dan John Dewey mencetuskan sistem konstruktivisme, sistem yang menekankan agar individu secara aktif membangun pemahaman dan pengetahuan. Menurut pandangan konstruktivis, guru bukan sekadar memberi informasi ke pikiran anak, akan tetapi guru harus mendorong anak untuk mengeksplorasi dunia mereka, menemukan pengetahuan, merenung, dan berpikir secara kritis. Namun, guru juga harus tetap mengontrol anak-anak agar mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan hasil yang baik dan dapat meraih prestasi.
Dengan sistem kontruktivisme ini, guru dapat mendorong anak untuk mengeksplorasi kemampuannya dalam hal yang dikuasainya dengan standardisasi kurikulum yang telah ditetapkan. Jadi, anakpun akan memiliki kemampuan kognitif yang lebih meningkat dan akan tampak talenta anak – anak tersebut.
Fenomena kedua tentang fakta psikologi pendidikan di sekolah. Ini tentang pengajar, guru adalah seseorang yang biasanya ditiru oleh murid. Tapi faktanya ada guru yang terlambat masuk kelas dan terkadang keluar kelas sebelum bel, bahkan ada juga guru yang menunda untuk menjawab pertanyaan murid yang dapat membuat pandangan murid buruk terhadap guru tersebut atau dapat menjatuhkan nama guru tersebut dan menganggap gurunya kurang mampu.
Menurut survei nasional terhadap murid berusia antara 13 sampai 17 tahun tentang karakter penting yang harus dipunyai oleh seorang guru dalam buku psikologi pendidikan, Santrok.
Karakteristik
· Membuat kelas menjadi menarik
· Menguasai mata
· Punya selera humor · Menerangkan secara jelas
· Mau meluangkan waktu untuk membantu murid
· Bersikap adil kepada murid
· Memperlakukan murid seperti orang dewasa
· Berhubungan baik dengan murid
· Memperhatikan perasaan murid
· Tidak pilih kasih
· Membuat kelas menjadi menarik
· Menguasai mata
· Punya selera humor · Menerangkan secara jelas
· Mau meluangkan waktu untuk membantu murid
· Bersikap adil kepada murid
· Memperlakukan murid seperti orang dewasa
· Berhubungan baik dengan murid
· Memperhatikan perasaan murid
· Tidak pilih kasih
Oleh karena itu, seharusnya guru sebagai pengajar harus dapat menjadi contoh untuk muridnya, agar dapat menjadikan murid – muridnya berprilaku yang baik, guru seharusnya mengajarkan muridnya agar menjadi disiplin, dan muridpun mau menerapkan kebiasaan yang dilakukan guru. Dan harus bisa menguasai dan mengontrol keadaan kelas seperti yang diharapkan murid – muridnya.
Ketiga, fenomena psikologi pendidikan yang tidak terlepas dari keluarga. Tidak jarang fenomena pada anak yang berasal dari keluarga broken home terganggu prestasinya di sekolah terjadi, kemungkinan hanya 20:1 anak yang dapat mengontrol sekolahnya dan dapat menyeimbangkan psikologisnya agar tidak terganggu oleh keadaan yang terjadi di rumah.
Peran guru di sekolah sebagai pemerhati prestasi murid seharusnya lebih besar dalam memperhatikan prestasi murid yang diketahui sebagai “korban” broken home, share yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana suasana hati muridnya pun juga berperan penting agar lebih membantu murid tersebut dalam mengatasi perasaan yang dialaminya saat berada di rumah dengan keadaan yang tidak nyaman.
Daftar Pustaka
Santrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, Penerbit: Kencana Prenada Media Group: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar